Perpustakaan : Dulu dan Sekarang



Paradigma perpustakaan sekarang telah berubah. Perpustakaan pada masa sebelum era teknologi informasi adalah sebagai tempat penyimpan buku, majalah, surat kabar dengan kondisi ruangan yang berdebu. Kadang-kadang orang yang bekerja di perpustakaan itu terlihat tidak ramah, seakan-akan orang yang datang berkunjung ke perpustakaan adalah orang yang akan menyusahkan mereka karena minta dicarikan sebuah buku di antara buku yang bertumpuk-tumpuk. Mereka lebih tepat disebut sebagai penjaga buku (book custodian / book keeper), bukan sebagai pustakawan. Di Perpustakaan harus sunyi, sepi, tidak boleh ada diskusi atau berbicara ramai. Bila pengguna perpustakaan berbicara ramai di perpustakaan, maka penjaga perpustakaan akan datang menegur dengan keras atau bahkan marah.





Dengan kondisi perpustakaan seperti itu, tidaklah heran jika peminat Jurusan Ilmu Perpustakaan di perguruan tinggi di Indonesia tidak sebanyak jurusan-jurusan lain yang lebih favorit pada masa itu seperti jurusan Ekonomi, Hukum, Teknik atau Bahasa Inggris. Tidak sedikit para orang tua yang tidak menginginkan putra-putrinya kuliah di Jurusan Ilmu Perpustakaan karena yang mereka lihat adalah perpustakaan seperti yang digambarkan di atas. Mereka tidak rela jika putra-putri mereka cuma menjadi penjaga buku sedangkan masih banyak profesi lain yang menggiurkan.

Namun sekarang, perpustakaan telah berubah. Di era teknologi informasi, perpustakaan bukan lagi sebagai tempat penyimpan buku seperti gudang. Koleksi perpustakaan di era teknologi informasi banyak yang sudah berubah bentuk menjadi digital. Untuk membaca buku, orang tidak perlu lagi membawanya dengan berat karena buku dapat dibaca di layar komputer, laptop, atau handphone. Itulah yang kini disebut e-book (buku elektronik). Bahkan untuk mendapatkan e-book, orang tidak perlu datang ke perpustakaan tetapi cukup mengunduh dari perpustakaan digital atau situs internet dari rumahnya. Koleksi perpustakaan saat ini beragam bentuknya. Tidak hanya tercetak tetapi dalam bentuk audio, video, dan digital.

Dengan bertambah banyaknya informasi yang tersebar dalam berbagai bentuk, diperlukan keahlian untuk mengelola informasi tersebut. Pengelolaan informasi yang dimaksud yaitu keahlian untuk mencari, menemukan, mengorganisasikan dan menyimpan serta temu kembali informasi agar informasi yang tersimpan dalam berbagai media dapat bermanfaat bagi yang membutuhkanya. Bahkan, tidak hanya itu, keahlian lain yang dibutuhkan saat ini adalah kemampuan untuk menyebarkan dan menyajikan informasi dalam bentuk ciptaan pengetahuan baru (repackaging information).





Keahlian seperti itulah yang harus dimiliki oleh pustakawan saat ini. Oleh karena itu pustakawan juga harus mengetahui sumber-sumber informasi secara luas (information literacy) dalam berbagai bidang ilmu dengan pemanfaatan teknologi informasi. Mulai dari kegiatan pengadaan buku yang dapat diperoleh baik dari pembelian secara online maupun pencarian di situs internet dengan kemampuan strategi pencarian (search strategies)
berupa e-book. Pencarian informasi ilmiah dapat dilakukan di pangkalan data jurnal online seperti EBSCO, Proquest, Gale-Cangace, Science Direct. Pangkalan data jurnal online itu berbayar ratusan juta rupiah tetapi juga dapat diperoleh secara gratis dari Dikti untuk perpustakaan perguruan tinggi. Untuk masyarakat umum dapat menggunakan pangkalan data jurnal online tersebut dari Perpustakaan Nasional RI dengan syarat menjadi anggota Perpustakaan Nasional RI.

Informasi yang diperoleh kemudian dikelola dengan pengklasifikasian. Terdapat beberapa sistem pengklasifikasian yang sudah baku dan universal untuk koleksi perpustakaan, seperti DDC, UDC, Colon Classification, LC Classification. Untuk UDC sudah tersedia sistemnya secara online walaupun untuk edisi ringkas (abridged edition). Terdapat pula softwarenya yang dapat dibeli begitu pula untuk DDC. Proses penyimpanan data koleksi dan temu kembalinya dapat menggunakan berbagai aplikasi teknologi informasi baik software yang dibeli atau gratis (open source) yang dapat diunduh dari situs internet seperti SLIMS (Senayan Library and Information Management Systems).

Dalam kegiatan penyebaran informasi diperlukan pula kemampuan teknologi informasi bagi pustakawan seperti dalam pembuatan webblog yang menarik selain yang lebih utama yaitu kemampuan menulis dalam rangka penciptaan pengetahuan baru.


Itulah kemampuan yang harus dimiliki oleh orang yang mengelola perpustakaan dan informasi saat ini. Betapa luasnya ilmu yang harus dipelajari dan betapa besarnya manfaat yang akan dirasakan oleh masyarakat luas dengan menjalani peran sebagai pustakawan. Paradigma perpustakaan saat ini pun telah berubah, yaitu perpustakaan merupakan pusat informasi, penyimpan dan penyebar nilai-nilai kultural (cultural heritage) dan ilmu pengetahuan. Pustakawan bukan lagi sebagai penjaga buku tetapi lebih tepat bila disebut sebagai pengelola pengetahuan (knowledge manager).

Dengan kemampuan seperti itu, tentunya profesi pustakawan akan sangat membanggakan karena perannya sebagai pengelola pengetahuan dalam rangka menjaga dan meneruskan warisan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai budaya kepada generasi berikutnya.





0 Response to "Perpustakaan : Dulu dan Sekarang"

Posting Komentar